Ketika hidup harus memilih

Ada satu cerpen yang pernah aku baca, mengisahkan tentang pergulatan batin dari seorang perempuan terhadap dua orang lelaki muda. Perempuan itu dipaksa harus menjatuhkan pilihan pada salah satu dari dua orang lelaki, yang sama-sama mencintainya, yang sama-sama sudah dikenalnya, dan sama-sama disukainya. Pilihan yang tentu saja sulit, karena perempuan itu sudah mengenal betul sifat keduanya. Sudah paham kelebihan dan kekurangan masing-masing pribadi. Ketiganya sudah terikat dalam hubungan akrab yang sadar bahwa persahabatan mereka akan segera diuji dengan keadaan ini.

Akhirnya perempuan tadi melabuhkan pilihannya pada salah satu lelaki. Dengan satu alasan, satu alasan yang absurd, mungkin terasa aneh, tidak membumi, dan mengherankan. Satu alasan yang mungkin kita akan tertawa mendengarnya ato mencibir karenanya. Yaitu bahwa lelaki yang ditinggalkannya mempunyai satu kelebihan dibanding lelaki yang dipilihnya. Kelebihan nya lah yang menyingkirkannya dari arena.

Kelebihan itu, yang membuat lelaki itu ditinggalkan, adalah kemampuan untuk tetap tegar. Karena ketegaran hatinyalah maka dia ditinggalkan. Sebab lelaki yang lain akan hancur jika dia tinggalkan. Yang kemudian hanya akan membuat mereka bertiga akan saling merasa bersalah. Bukan kehancuran yang diingini dalam hubungan ini, tapi kemampuan untuk berbuat lebih jauh dan berkembang lebih besar.

Saat inilah yang sedang aku alami. Pilihan perempuan tadi sama seperti yang sedang aku hadapi. Dan pada akhirnya tindakan perempuan itu dapat aku pahami. Mengutip kalimat perempuan itu, “Aku meninggalkanmu karena kamu lebih tegar dibanding lelaki itu. Dan aku tau kamu akan tetap mampu berjalan disepanjang hari-harimu. Sebab aku telah banyak belajar darimu dan kamu telah membentukku. Kamu lah batu penjuruku yang tidak akan goyah meski aku tidak bersamamu.”

Maka aku memilih :

“Sejak saat ini aku meninggalkan
NINDITYO.WORDPRESS.COM
untuk bersama
NINDITYO.COM
berusaha menapaki hari-hariku.”

Selamat datang di dunia (ku) yang baru.

Nb : gambar gadis diambil dari blog nya mas Imam.

15 responses to “Ketika hidup harus memilih

  1. Wah, kirain soal istri baru bro. Ternyata blog baru toh. πŸ˜›

  2. ups, harus ganti bookmark url nya nih

  3. Bacanya udah bikin deg2an…kok kayaknya kemarin cerita udah punya pasangan….

  4. suhunan situmorang

    Duh…, kupikir tadi seperti bayangan Bung Dana itu: ada WIL-nya Mas Nindityo dan diputuskan jadi bojo baru. Syukurlah tak demikian. Masak aku “dikalahkan”? πŸ™‚

  5. no. Comment. Da.

  6. Numpang Baca ^_

  7. OoT : Pemberitahuan

    Terima kasih atas LINK rekan NINDITYO ke Klinik S.E.R.V.O.

    Sebagai informasi saat ini alamat /URL kami telah berubah dari http://klinikservo.wordpress.com/ menjadi http://klinikservo.com/

    Demikian pemberitahuan kami sebagai koreksi.

    Terima kasih.

  8. Hidup tanpa pilihan tidak seru sob

  9. langsung menuju tkp bro, ke blog barunya πŸ™‚

  10. go TKP gan,,,,,!! menuju yang baru

  11. Pilihlah jalan hidupmu sesuai hati nurani

  12. semoga dengan blog lama yang di tinggalkan bisa lebih tegar πŸ™‚

Tinggalkan Balasan ke Kliik S.E.R.V.O Batalkan balasan